Ironis

Apa sih enaknya sindir-menyindir di dunia maya? Sering nih pas ngeliat di jejaring sosial sekalipun pasti dikit-dikit ada aja yang nyindir. Ga ngerti apa alasan mereka untuk menyindir ‘si target’. Imho, emang sih menyindir bisa jadi salah satu cara yang ampuh untuk ‘menyentil’ seseorang, terutama karena keburukannya. Yakin bet dah pasti tiap orang pernah ngalamin yang namanya sebal karena kelakuan orang lain yang ngeselin banget. Dan kemudian mereka (biasanya anak labil, eh, eke juga sih -_-) mencurahkan perasaannya lewat status akun jejaring sosial mereka. Kata-kata yang dipakai pun kadang cenderung mengandung sinisme (bahkan beberapa malah gua pernah liat pake CAPSLOCK). Tak jarang pula kata-kata umpatan juga dipakai. Kalo yang kayak gini udah kesebar kemana-mana...........

Ini namanya sungguh berbahaya #JEGERRR #kamerazoomin #elangelangberterbangan

Sungguh ironis.

Kadang kalo gini jadinya, orang-orang – yang ga ngerti apa-apa - bawaannya juga jadi kepo. Telusuri sana-sini. Bawaannya jadi pengen tau permasalahan awal. Oh, ternyata si A nyindir si B. Si B ga terima. Kelompok si A bela si A, kelompok si B bela si B. Keduanya malah saling menyindir. Sindir-menyindir yang ga ‘proporsional’ bisa-bisa malah menimbulkan masalah baru. Padahal bisa aja masalah yang jadi topik untuk menyindir ialah masalah yang sepele.

Sindir menyindir sebenernya sebuah ekspresi dari orang yang lagi sebel sama kelakuan seseorang tapi secara ga langsung. Kita bisa aja menyindir orang lain menggunakan kata-kata yang terhitung kasar tanpa harus men-tag namanya. Lantas, yang bakal jadi masalah, gimana kalo seandainya sindiran yang kita lontarkan itu tidak tersampaikan oleh orang yang kita sindir? Atau malah salah sasaran? Entar pasti ending-nya useless.

Iya, kalo misalkan orang yang kita sindir peka sama kata-kata sindiran kita, mungkin dia bakalan minta maaf sama kita atau minimal bisa ngerubah kelakuannya. Lah, kalo ga peka? Bisa aja kelakuannya jadi tambah nyebelin. Dia tambah belagu, kita jadi sering ‘makan hati’. Terus kalo malah salah sasaran? Kita bisa jadi tambah disindir balik, karena ‘si salah sasaran’ itu tersinggung dengan sindiran kita dan ngerasa ga bersalah. Nah, berabe kan? Berarti intinya sama aja kayak yang diceritain di atas tadi. Useless.

Efek negatif dari acara sindir-menyindir ini punya efek yang lebih berpengaruh daripada efek positif. Mulai dari putusnya hubungan sosial, berantem mulu, dan mungkin pandangan orang lain terhadap kita menjadi berubah. Kita bisa aja dicap sebagai tukang nyindir, beraninya ngomongin kejelekkan orang dibelakang doang, atau bahkan dicap pengecut. Ga mau kan digituin? (dan eke nyesel juga sebenernya pernah nyindir orang, berarti termasuk pengecut kan?)

And what should we do? Sebenernya ada cara yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan sindir-menyindir. Kita bisa aja berterus terang untuk mengungkapkan ketidaksukaan kita kepada orang yang kita tuju secara langsung. That’s so simple. But we should be brave to do it. Nyali kita harus gede, karena untuk berterus terang memang ga gampang. Tetapi, cara ini lebih ‘halus’ dibandingkan acara sindir sana sini, koar sana-sini. Dengan cara berterus terang ini bisa saja orang yang telah membuat kita sebal itu jadi berusaha untuk mengubah sifat/kelakuannya. Kita dan orang itu menjadi lebih terbuka. Bisa saja dia bersikap begitu karena ada masalah pribadi atau intern dan dia ga bisa ngontrol emosinya dengan baik. Orang itu bisa berubah sikap jadi lebih baik, hati kita senang riang gembira, abang becak pun bahagia.

Think again. Menurut kamu enakan yang mana? Pasti lebih enak berterus terang kan?

So, don’t hint other people if you don’t wanna hint by other people too. If you always say the truth, i wish people would look you as a wise man.

Peace out, tukang sayur yang nyesel udah pernah nyndir orang

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 kicauan atau hinaan:

Posting Komentar

Be impolite please!